Lampu  yang  dimaksud  dalam  pembahasan  ini  adalah  jenis  lampu  dari  proses  penghasilan  cahaya  dengan  menggunakan  api  secara  langsung,  dimana  sumber  api  umumnya  menggunakan  minyak  dengan  sumbu  kain  yang  dibakar,  atau  menggunakan  lilin  bersumbu  kain  yang  dibakar.  Lampu  yang  menggunakan  bahan  minyak  dan  lilin  ini  biasanya  menempel  di dinding  rumah  sebagai  sumber  cahaya  penerangan  dalam  rumah  seperti : lampu  sentir,  lampu  minyak,  lampu  lentera  dan  sejenisnya,  jenis  lampu-lampu  ini  menghasilkan  api  secara  langsung  untuk  penerangan  dalam  rumah  yang  telah  digunakan  manusia  dari  ribuan  tahun  lalu  bahkan  sampai  hari  ini  masih  di dapati  sebagian  daerah  menggunakan  lampu-lampu  penerangan  jenis  ini.

Lampu  penerangan  dalam  rumah  yang  menggunakan  api  secara  langsung  memiliki  tingkat  resiko  kebakaran  lebih  besar  dibandingkan  lampu-lampu  terkini  yang  sumber  pencahayaannya  dari  kelistrikan  yang  dilengkapi  komponen  pengaman  dari  bahaya  munculnya  api  atau  percikannya  yang  bisa  menimbulkan  kebakaran  dalam  rumah.  Oleh  karena  itulah  di dapati  beberapa  hadits-hadits  Nabi ﷺ  yang  memerintahkan  memadamkan  lampu  sebelum  tidur  karena  umumnya  dahulu  sistem  penerangan  masih  menggunakan  api  secara  langsung  dari  jenis  lampu-lampu  minyak  atau  lentera. 

Diantaranya  hadits  Nabi ﷺ bersabda :

وَأَطْفِئُوا الْمَصَابِيحَ عِنْدَ الرُّقَادِ فَإِنَّ الْفُوَيْسِقَةَ رُبَّمَا اجْتَرَّتْ الْفَتِيلَةَ فَأَحْرَقَتْ أَهْلَ الْبَيْتِ

“Padamkanlah lampu-lampu ketika kalian tidur, karena binatang fasik (tikus) dapat menarik lampu minyak sehingga berakibat membakar para penghuni rumah.” [1]

Sangat  jelas  hikmah  perintah  ini  adalah  untuk  menjaga  keselamatan  penghuni  rumah  dari  kebakaran  yang  disebabkan  adanya  api  yang  masih  menyala  sedangkan  penghuni  rumah  semuanya  sudah  terlelap  tidur,  terkecuali  masih  ada  yang  terjaga  dan  belum  tidur  maka  tidak  mengapa  lampu  tetap  menyala.  Akan  tetapi  jika  seorang  sendirian  atau  ada  beberapa  orang  namun  semua  terlelap  tidur  maka  janganlah  semua  dalam  keadaan  tertidur  sementara  lampu  minyak  masih  menyala  karena  ditakutkan  adanya  binatang  jahat  seperti  tikus-tikus  rumah  berusaha  menyenggol  lampu  tersebut  atau  menggigit  serta  menariknya  sehingga  lampu  jatuh  ke  tikar,  kain  atau  perabot-perabot  rumah  lainnya  yang  mengakibatkan  kebakaran,  hal  ini  juga  akan  membahayakan  penghuni  rumah  yang  bisa  ikut  terbakar.

lampu minyak
larangan tidur tanpa mematikan lampu

Al-Qurthubi  Rahimahullah  berkata  :

ﺃﻥ اﻟﻮاﺣﺪَ ﺇﺫا ﺑﺎﺕ ﺑِﺒﻴﺖٍ ﻟﻴﺲ ﻓﻴﻪ ﻏﻴﺮُﻩُ ﻭﻓﻴﻪ ﻧﺎﺭٌ ﻓﻌﻠﻴﻪ ﺃﻥ يُطْفِئَها ﻗﺒﻞ ﻧﻮﻣِﻪ ﺃﻭ ﻳﻔﻌﻞ ﺑﻬﺎ ﻣﺎ ﻳُﺆَﻣِّﻦُ ﻣﻌﻪ اﻻﺣﺘﺮاﻕَ ﻭﻛﺬا ﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻓﻲ اﻟﺒﻴﺖ ﺟﻤﺎﻋﺔٌ ﻓﺈﻧﻪ يتعينُ ﻋﻠﻰ ﺑﻌﻀﻬﻢ ﻭﺃﺣﻘُّﻬﻢ ﺑﺬﻟﻚ ﺁﺧﺮُﻫﻢ ﻧﻮﻣﺎ ﻓﻤﻦ

ﻓﺮَّﻁ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ ﻛﺎﻥ ﻟﻠﺴﻨﺔ ﻣﺨﺎﻟﻔﺎ

“Sesungguhnya  seorang  apabila  bermalam  di  rumah  yang  tidak  ada  orang  lain  sedangkan  ada  api  menyala  di rumahnya  maka  hendaknya  ia  memadamkannya  sebelum  tidur,  atau  melakukan  tindakan  yang  dapat  menjaganya  dari  bahaya  kebakaran.  Demikian  pula  jika  dalam  rumah  ada  beberapa  orang  maka  tentukan  seorang  atau  orang  yang  paling  terakhir  tidur.  Siapa  saja  yang  meremehkan  perkara  ini  maka  ia  telah  menyelisihi  sunnah.” [2]

Hal  ini  pernah  terjadi  di  rumah  Nabi  ﷺ  sebagaimana  diceritakan  oleh  Abdullah  Bin  Abbas  Radhiallahu  Anhu  :

جَاءَتْ فَأْرَةٌ فَأَخَذَتْ تَجُرُّ الْفَتِيلَةَ فَجَاءَتْ بِهَا فَأَلْقَتْهَا بَيْنَ يَدَيْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الْخُمْرَةِ الَّتِي كَانَ قَاعِدًا عَلَيْهَا فَأَحْرَقَتْ مِنْهَا مِثْلَ مَوْضِعِ الدِّرْهَمِ فَقَالَ إِذَا نِمْتُمْ فَأَطْفِئُوا سُرُجَكُمْ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَدُلُّ مِثْلَ هَذِهِ عَلَى هَذَا فَتُحْرِقَكُمْ

“Seekor tikus datang dan menarik sumbu lampu, tikus itu menariknya dan melemparnya ke hadapan Rasulullah yaitu di atas tikar kecil yang di duduki oleh beliau sehingga tikar tersebut terbakar seukuran uang dirham. Beliau lalu bersabda : “Jika salah seorang dari kalian hendak tidur, maka hendaklah ia matikan lampu-lampu kalian, sebab setan akan memberi sinyal kepada (tikus) ini untuk melakukan (seperti) ini hingga membakar kalian.” [3]

Al-Hafidz  Ibnu  Hajar  Rahimahullah berkata :

ﻭﻓﻲ ﻫﺬا اﻟﺤﺪﻳﺚ ﺑﻴﺎﻥُ ﺳﺒﺐِ اﻷﻣﺮِ ﺃﻳﻀﺎ ﻭﺑﻴﺎﻥُ اﻟﺤﺎﻣﻞِ ﻟﻠﻔُﻮَﻳْﺴِﻘَﺔِ ﻭﻫﻲ اﻟﻔﺄﺭﺓُ ﻋﻠﻰ ﺟَﺮِّ اﻟﻔَﺘِﻴﻠﺔِ ﻭﻫﻮ اﻟﺸﻴﻄﺎﻥُ ﻓﻴﺴﺘﻌﻴﻦ ﻭﻫﻮ ﻋﺪُﻭُّ اﻹﻧﺴﺎﻥِ ﻋﻠﻴﻪ ﺑﻌﺪُﻭِّ ﺁﺧَﺮَ ﻭﻫﻲ اﻟﻨﺎﺭُ

“Dalam  hadits  ini  terdapat  penjelasan  sebab  perintah  (mematikan  lampu)  dan  penjelasan  bahwa  yang  mendorong  hewan  fasik  yaitu  tikus  untuk  menarik  sumbu  lampu  adalah  syaitan  dengan  menggunakan  bantuan  (tikus)  yang  menjadi  musuh  manusia  dengan  musuh  yang  lainnya  yaitu  api.” [4]

Jelaslah  bahwa  alasan  perintah  memadamkan  lampu  adalah  karena  lampu  pada  waktu  itu  dikhawatirkan  dapat  membakar  isi  rumah  dan  penghuninya,  bukan  sebagaimana  anggapan  sebagian  orang  karena  cahaya  lampu  akan  mengurangi  kesehatan  dan  kenyamanan  selama  tidur,  walaupun  bisa  saja  dibenarkan  berdasarkan  riset  para  peneliti  kesehatan  bahwa  cahaya  lampu  akan  mengurangi  kenyamanan  tidur,  namun  asal  mula  perintah  memadamkan  lampu  karena  bahaya  lampu  di  masa  dahulu  beresiko  kebakaran,  karena  masa  dahulu  lampu  masih  menggunakan  minyak  dan  sumbu  yang  ditakutkan  jatuh  atau  ditarik  tikus.  Akan  tetapi  jika  lampu  minyak  sekalipun  sudah  pada  posisi  aman  terjaga  dari  jatuh  atau  ditarik  tikus  maka  tidak  perlu  memadamkannya  walaupun  dalam  keadaan  tidur,  karena  yang  menjadi  illat  (substansi)  larangan  adalah  melindungi  dari  sebab-sebab  kebakaran  saat  tidur  yang  disebabkan  api. 

Ibnu  Daqiq  Al-Ied  Rahimahullah  berkata  :

ﺇﺫا ﻛﺎﻧﺖ اﻟﻌﻠَّﺔُ ﻓﻲ ﺇﻃﻔﺎء اﻟﺴِّﺮاﺝِ اﻟﺤَﺬْﺭُ ﻣﻦ ﺟَﺮِّ اﻟﻔُﻮَﻳْﺴِﻘَﺔ اﻟﻔﺘﻴﻠﺔَ ﻓﻤُﻘﺘﻀﺎﻩ ﺃﻥ اﻟﺴِّﺮاﺝَ ﺇﺫا ﻛﺎﻥ ﻋﻠﻰ ﻫَﻴْﺌَﺔٍ ﻻ ﺗَﺼِﻞُ ﺇﻟﻴﻬﺎ اﻟﻔﺄﺭﺓُ ﻻ ﻳﻤﻨﻊ ﺇﻳﻘﺎﺩَﻩ ﻛﻤﺎ ﻟﻮ ﻛﺎﻥ ﻋﻠﻰ ﻣﻨﺎﺭﺓٍ ﻣﻦ ﻧُﺤﺎﺱٍ ﺃَﻣْﻠَﺲَ ﻻ ﻳﻤﻜﻦ اﻟﻔﺄﺭﺓُ اﻟﺼﻌﻮﺩَ ﺇﻟﻴﻪ ﺃﻭ ﻳﻜﻮﻥ ﻣﻜﺎﻧُﻪ ﺑﻌﻴﺪا ﻋﻦ ﻣﻮﺿﻊ ﻳﻤﻜﻨﻬﺎ ﺃﻥ ﺗَﺜِﺐَ ﻣﻨﻪ ﺇﻟﻰ اﻟﺴﺮاﺝِ

“Jika  alasan  memadamkan  lampu  adalah  berhati-hati  dari  ditarik  tikus  sumbu  lampunya,  maka  maknanya  bahwa  lampu  apabila  dalam  posisi  tidak  mungkin  dijangkau  tikus  maka  tidak  mengapa  tetap  menyala,  sebagaimana  jika  sekiranya  lampu  tergantung  diatas  tiang  tembaga  licin  yang  tidak  mungkin  tikus  memanjatnya  atau  posisinya  jauh  dari  tempat  yang  tidak  memungkinkan  lompat  ke  lampu.” [5]

Maka  tidur  dengan  lampu  menyala  tidaklah  mengapa  selama  aman  dari  sebab  kebakaran,  seperti  lampu-lampu  yang  diproduksi  masa  kini  sudah  dilengkapi  dengan  pengaman.  Adapun  lampu-lampu  yang  beresiko  kebakaran  maka  hendaknya  dipadamkan  saat  tidur  dan  saat  meninggalkan  rumah  (rumah  kosong),  sebagaimana  sebagian  orang  tidur  atau  meninggalkan  rumah  sedangkan  kompor  sedang  menyala,  atau  lilin  sedang  menyala,  hal  ini  akan  mengakibatkan  kebakaran,  terlebih  lagi  syaitan-syaitan  dalam  rumah  dapat  memonopoli  hewan-hewan  fasik (jahat)  seperti  tikus  dalam  rumah  untuk  menyebabkan  kerusakan  dan  kebakaran,  maka  hendaknya  memadamkan  segala  jenis  api  terlebih  dahulu  sebelum  tidur  dan  sebelum  meninggalkan  rumah.

Catatan  :  Sebagian orang mengambil hikmah perintah mematikan lampu sebelum tidur malam adalah dari sisi kesehatan dan kenyamanan dalam tidur, agar istirahat tubuh lebih berkualitas pada malam hari dibandingkan tidur malam dalam keadaan lampu menyala, karena pada otak manusia ada sensor yang memberi sinyal ke seluruh tubuh bahwa ini waktu siang atau waktu malam. Apabila waktu tidur malam dalam keadaan lampu menyala maka sensor otak akan memberi sinyal ke tubuh kurang sempurna, apakah ini waktu siang atau waktu malam sehingga tubuh kurang sempurna dalam beristirahat tidur di malam hari.

Namun saya (penulis), sejauh ini belum mendapati dalam hadits-hadits yang berbicara seputar memadamkan lampu sebelum tidur malam lalu disebutkan alasannya adalah untuk mencapai kesempurnaan istirahat badan di malam hari. Sekiranya manfaat itu benar-benar didapatkan maka hal ini merupakan manfaat tambahan yang bercabang dari tujuan utama perintah Nabi  ﷺ  yang bertujuan menjaga keselamatan dari kebakaran saat tidur malam.


[1] HR. Bukhari 3316

[2] Fathul Baari 11/86

[3] HR. Abu Dawud 5247

[4] Fathul Baari 11/86

[5] Fathul Baari 11/86