Allah  Ta’ala  berfirman  :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَآَمِنُوا بِرَسُولِهِ يُؤْتِكُمْ كِفْلَيْنِ مِنْ رَحْمَتِهِ وَيَجْعَلْ لَكُمْ نُورًا تَمْشُونَ بِهِ

“Wahai  orang-orang  yang  beriman,  bertakwalah  kepada  Allah  dan  berimanlah  kepada  Rasul-Nya,  niscaya  Allah  memberikan  rahmat-Nya  kepadamu  dua  bagian,  dan  menjadikan  untukmu  cahaya  yang  dengan  cahaya  itu  kamu  dapat  berjalan.” [2]

Allah  Ta’ala  berfirman  :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ تَتَّقُوا اللَّهَ يَجْعَلْ لَكُمْ فُرْقَانًا

“Wahai  orang-orang  yang  beriman,  jika  kamu  bertakwa  kepada  Allah,  Kami  akan  memberikan  kepadamu  Furqon.” [3]

Al-Hafidz  Ibnu  Katsir  Rahimahullah  berkata  :  “Ibnu  Abbas,  As-Sudy,  Ikrimah,  Adh-Dhahhak,  Qotadah,  Muqatil  Bin  Hayyan  berkata  (فُرْقَانًا)  :  Makhraj/Jalan  KeluarMujahid  menambahkan  :  Di Dunia  dan  Akhirat.  Dalam  riwayat  lain  dari  Ibnu  Abbas  (فُرْقَانًا)  :  Najah / Keselamatan.  Dalam  riwayat  lain  darinya  :  Nashr / Pertolongan.  Muhammad  Bin  Ishaq  berkata  (فُرْقَانًاadalah  Pemisah  antara  hak  dan  batil.  Dan  tafsir  Ibnu  Ishaq  ini  lebih  luas  dari  tafsir-tafsir  sebelumnya.  Tafsiran  ini  menjadi  komprehensif  bagi  semua  tafsiran  itu.  Maka  jika  seorang  bertakwa  kepada  Allah  dengan  melaksanakan  perintah-Nya  dan  meninggalkan  larangan-Nya  niscaya  ia  akan  diberi  taufiq  untuk  mengetahui  yang  hak  dari  yang  batil.  Sehingga  hal  itu  menjadi  sebab  pertolongan  baginya,  keselamatannya,  solusinya  dari  berbagai  urusan  dunia,  kebahagiaannya  di  hari  kiamat,  penggugur  dan  penghapus  dosanya,  penghalang  dan  penutup  dosanya  dari  pandangan  manusia,  dan  sebagai  sebab  memperoleh  pahala  yang  besar.  Sebagaimana  firman  Allah  Ta’ala  :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَآَمِنُوا بِرَسُولِهِ يُؤْتِكُمْ كِفْلَيْنِ مِنْ رَحْمَتِهِ وَيَجْعَلْ لَكُمْ نُورًا تَمْشُونَ بِهِ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Wahai  orang-orang  yang  beriman,  bertakwalah  kepada  Allah  dan  berimanlah  kepada  Rasul-Nya,  niscaya  Allah  memberikan  rahmat-Nya  kepadamu  dua  bagian,  dan  menjadikan  untukmu  cahaya  yang  dengan  cahaya  itu  kamu  dapat  berjalan  dan  Dia  mengampuni  kamu.  Dan  Allah  Maha  Pengampun  lagi  Maha  Penyayang.” [4]

Ibnu  Mas’ud  Radhiallahu  Anhu  berkata  :

إِنِّي لَأَحْسِبُ الرَّجُلَ يَنْسَى اْلعِلْمَ كَانَ يَعْلَمُهُ لِلْخَطِيْئَةِ يَعْمَلُهَا

“Sesungguhnya  aku  merasa  seorang  yang  lupa  sebuah  ilmu  yang  telah  ia  ketahui  karena  dosa  yang  ia  kerjakan.” [5]

Waqi’  Rahimahullah  berkata  :  “Carilah  bantuan  untuk  menjaga  (ilmu)  dengan  meninggalkan  maksiat.” [6]

Imam  Malik  berkata  kepada  Imam  Asy-Syafi’i  di  awal  pertemuannya  :

إِنِّي أَرَى اللهَ قَدْ أَلْقَى عَلَى قَلْبِكَ نُوْرًا فَلاَ تُطْفِئْهُ بِظُلْمَةِ اْلمَعْصِيَّةِ

“Sungguh  aku  mendapati  Allah  Ta’ala  telah  meletakkan  cahaya  dalam  hatimu,  maka  jangan  kau  memadamkannya  dengan  kegelapan  maksiat.” [7]

Al-Imam  Asy-Syafi’i  Rahimahullah  berkata  :  “Barangsiapa  yang  menyukai  Allah  Ta’ala  membuka  pintu  hatinya  atau  memberi  cahaya  padanya  maka  ia  harus  meninggalkan  perkataan  yang  tidak  bermanfaat,  meninggalkan  dosa,  menjauhi  maksiat,  sehingga  padanya  ada  amalan  rahasia  antara  dirinya  dan  Allah  Ta’ala.  Jika  ia  melakukan  demikian  maka  sungguh  Allah  Ta’ala  telah  membukakan  ilmu  baginya  yang  Dia  menyibukkannya  dari  selainnya,  dan  sungguh  pada  saat  kematian  lebih  banyak  kesibukan.” [8]

Syaikul  Islam  Ibnu  Taimiyah  Rahimahullah  berkata  :  “Dan  Allah  Ta’ala  menjadikan  hukuman  pada  manusia  bagi  dosanya  adalah  tercabutnya  hidayah  dan  ilmu  yang  bermanfaat.  Sebagaimana  firman  Allah  Ta’ala  : 

وَقَوْلِهِمْ قُلُوبُنَا غُلْفٌ بَلْ طَبَعَ اللَّهُ عَلَيْهَا بِكُفْرِهِمْ

“Dan  ucapan  mereka  : “Hati  kami  tertutup,”  Bahkan,  sebenarnya  Allah  telah  mengunci  mati  hati  mereka  karena  kekafirannya.” [9]

Firman  Allah  Ta’ala  :  “Dan  mereka  berkata  : “Hati  kami  tertutup,”  Tetapi  sebenarnya  Allah  telah  mengutuk  mereka  karena  keingkaran  mereka.” [10]

Firman  Allah  Ta’ala  :  “Dan  apakah  yang  memberitahukan  kepadamu  bahwa  apabila  mukjizat  datang  mereka  tidak  akan  beriman.  Dan  (begitu  pula)  Kami  memalingkan  hati  dan  penglihatan  mereka  seperti  mereka  belum  pernah  beriman  kepadanya  (Al-Quran)  pada  permulaannya.” [11]

Firman  Allah  Ta’ala  :  “Dalam  hati  mereka  ada  penyakit,  lalu  ditambah  Allah  penyakitnya.”[12]

Firman  Allah  Ta’ala  :  “Maka  tatkala  mereka  berpaling  (dari  kebenaran),  Allah  memalingkan  hati  mereka.” [13] [14]

Ibnu  Qoyyim  Rahimahullah  berkata  :  “Manakala  hati  semakin  dekat  kepada  Allah  maka  akan  semakin  lenyaplah  berbagai  ajakan-ajakan  keburukan,  sehingga  cahaya  penerang  kebenaran  semakin  sempurna  dan  kuat.  Manakala  hati  semakin  jauh  dari  Allah  Ta’ala  maka  semakin  kuatlah  berbagai  ajakan-ajakan  keburukan  dan  melemahlah  cahaya  penerang  kebenarannya.” [15]

Tulisan  ini  terjemahan  dari  Kitab An-Nubadz  Fii Thalabil Ilmi Karya Syaikh  Hamdi  Bin  Ibrahim  Al-Utsman, Kuwait.

Penerjemah : Ustadz  Muhammad  Rofi’i  Sitorus Hafidzahullah

                                                                


[1]

Sebagian penuntul ilmu berdalil untuk adab yang satu ini dengan firman Allah Ta’ala (وَاتَّقُوا اللَّهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ  ) QS.Al-Baqarah 282. Ini benar kalau sekiranya kalimat ( وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ  ) bukan kalimat tersendiri/musta’nafah.

Abul Hayan Al-Andalusi berkata : (وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ   ) adalah kalimat musta’nafah yang tidak ada kedudukannya dalam i’rab. Dikatakan ; dia menempati nashob sebagai Hal dari Fa’il pada kalimat (وَاتَّقُوا اللَّهَ   ), perkiraan maknanya adalah : Bertakwalah kepada Allah dijamin (Dia) mengajari kalian dan memberi hidayah.

Abul Baqa’ berkata : Boleh saja dijadikan Hal yang diperkirakan (ditakdirkan). (Al-Bahrul Muhith 2/354)

Pendapat ini –yaitu menganggap Hal– adalah pendapat lemah sekali, karena Fi’il Mudhori’ yang menempati Hal maka tidak masuk padanya huruf Wau Hal ( و  ) kecuali padanya ada kerancuan (anomali). Maka tidak selayaknya Al-Quran dibawakan pada keadaan anomali. Ibnul Qoyyim berkata : Adapun firman Allah Ta’ala (وَاتَّقُوا اللَّهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ   ) Maka bukanlah dari bab ini bahkan keduanya kalimat tersendiri (terpisah). Thalabiyah (tuntutan) : Ia adalah perintah bertakwa. Dan Khabariyah (Berita) : Ia adalah firman Allah Ta’ala (  وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ ) maksudnya : Allah akan mengajari bagaimana kalian bertakwa. Ini bukan jawaban untuk perintah bertakwa. Kalau sekiranya yang diinginkan dengannya balasan, niscaya kalimat yang akan datang bersamanya adalah majzumah yang kosong dari huruf Waw ( و  ). Maka kalimat menjadi (وَاتَّقُوا اللَّهَ يُعَلِّمْكُمُ   ) atau (اِنْ اتَّقُوا اللَّهَ يُعَلِّمْكُمُ   ) atau (اِنْ اتَّقُواهُ يُعَلِّمْكُمُ   ) sebagaimana firman-Nya (اِنْ اتَّقُوا الله  يَجْعَلْ لكُمُ فُرْقَاناً  ), maka cobalah perhatikan.

[2] QS.Al-Hadid 28

[3] QS.Al-Anfal 29

[4] QS.Al-Hadid 28

[5] HR.Waqi’ Fii Az-Zuhd 329 : Al-Mas’udy mengabarkan kepada kami, dari Al-Hasan Bin Sa’ad, dari Abdurrahman Bin Abdillah berkata : Abdurrahman Bin Mas’ud berkata : Lalu dia menyebutkannya.

[6] HR.Ibnu Hibban dalam Raudhotul ‘Uqala hal.29 : Aku mendengar Ibrahim Bin Nashr Al-‘Anbary berkata : Aku mendengar Ali Bin Khasyram berkata : Aku mendengar Waqi’ berkata : Dia menyebutkannya.

[7] I’lamul Muwaqqi’in 4/258

[8] Manaqib Asy-Syafi’i oleh Al-Baihaqi 2/171

[9] QS.An-Nisa’ 155

[10] QS.Al-Baqarah 88

[11] QS.Al-An’am 109-110

[12] QS.Al-Baqarah 10

[13] QS.Ash-Shaf 5

[14] Majmu’ul Fatawa 14/152

[15] I’lamul Muwaqqi’in 4/258