Sujud  merupakan  satu  posisi  yang  menunjukkan  kerendahan  dihadapan  Allah  Ta’ala,  keadaan  yang  menunjukkan  seorang  hamba  sedang  mendekatkan  dirinya  kepada  Rabbnya,  maka  hendaknya  seorang  yang  sujud  menyempurnakan  dirinya  saat  sujud  kepada  Penciptanya  Allah  Ta’ala.  Salah  satu  pelanggaran  yang  dilakukan  sebagian  orang  saat  sujud  adalah  menempelkan  lengan  atau  sikunya  ke  tanah  (lantai)  saat  sujud.  Posisi  sujud  seperti  ini  akan  menyebabkan  penyerupaan  dengan  sujud  binatang,  dimana  manusia  dilarang  menyerupai  (tasyabuh)  dengan  binatang,  apalagi  saat  beribadah  kepada  Allah  Ta’ala.

Rasulullah  ﷺ  bersabda  :

اعْتَدِلُوا فِى السُّجُودِ وَلاَ يَبْسُطْ أَحَدُكُمْ ذِرَاعَيْهِ انْبِسَاطَ الْكَلْبِ

“Bersikaplah  adil  dalam  sujud,  janganlah  seorang  dari  kalian  membentangkan  kedua  lengannya  seperti  anjing  yang  membentangkan  lengannya.”  [1]

Hendaknya  seorang  mengangkat  sikunya  dan  lengannya  saat  sujud,  cukuplah  bertumpu  pada  kedua  telapak  tangannya  saja,  inilah  yang  dimaksud  sikap  adil  dalam  sujud  yaitu  lengan  dan  siku  tidak  merampas  hak  kedua  telapak  tangan  yang  menjadi  bagian  utama  dari  tujuh  anggota  sujud  (wajah,  kedua  telapak  tangan,  kedua  lutut,  kedua  ujung  telapak  kaki)  sebagaimana  disebutkan  dalam  hadits. [2]

Dalam Al-Mausu’ah  Al-Fiqhiyah  Al-Kuwaitiyah  disebutkan :

ﻳُﻜْﺮَﻩُ ﻟِﻠْﻤُﺼَﻠِّﻲ ﺃَﻥْ ﻳَﻔْﺘَﺮِﺵَ ﺫِﺭَاﻋَﻴْﻪِ ﻓِﻲ اﻟﺼَّﻼَﺓِ، ﺃَﻱْ ﻳَﺒْﺴُﻄَﻬُﻤَﺎ ﻓِﻲ ﺣَﺎﻟَﺔِ اﻟﺴَّﺠْﺪَﺓِ ﻋِﻨْﺪَ اﻟْﻔُﻘَﻬَﺎءِ

“Seorang  yang  shalat  sangat  dibenci  membentangkan  (menempelkan  ke  bumi)  kedua  sikunya  dalam  shalat  yaitu  melakukannya  saat  sujud,  hal  ini  menurut  fuqaha  (ahli  fiqih)”.[3]

Adapun  jika  seorang  kesulitan  untuk  menahan  berat  badannya  saat  sujud  jika  hanya  bertumpu  dengan  kedua  telapak  tangannya  maka  dibolehkan  saja  untuk  meletakkan  kedua  sikunya  diatas  kedua  pahanya.

Dari  Abu  Hurairah  Radhiallahu  Anhu  berkata  :

شَكَا أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- مَشَقَّةَ السُّجُودِ عَلَيْهِمْ إِذَا انْفَرَجُوا فَقَالَ :« اسْتَعِينُوا بِالرُّكَبِ

“Para  sahabat  mengadu  kepada  Nabi   tentang  sulitnya  sujud  mereka  jika  harus  menjauhkan  kedua  tangan  dari  kedua  rusuk  dan  menjauhkan  perut  dari  kedua  paha,  maka  beliau  bersabda :  “Gunakanklah  lutut-lutut  kalian.” [4]

Posisi  sujud  paling  utama  adalah  dengan  mengangkat  kedua  siku  dari  tanah  (lantai)  dan  menjauhkan  kedua  siku  dari  kedua  sisi  lambung  dan  menjauh  pula  dari  perut.  Namun  jika  hal  ini  sangat  menyulitkan  maka  janganlah  menempelkan  kedua  siku  (kedua  lengan)  di  tanah,  kalaupun  masih  terasa  berat  maka  boleh  saja  menyandarkan  kedua  siku  diatas  kedua  pahanya.[5]


[1] HR. Bukhari 822, Muslim 1130

[2] Nabi    bersabda :

أُمِرْتُ أَنْ أَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةِ أَعْظُمٍ عَلَى الْجَبْهَةِ – وَأَشَارَ بِيَدِهِ عَلَى أَنْفِهِ – وَالْيَدَيْنِ وَالرُّكْبَتَيْنِ وَأَطْرَافِ الْقَدَمَيْنِ

“Aku diperintahkan untuk sujud diatas tujuh anggota sujud : dahi (sambil menunjuk hidung), dua tangan, dua lutut, ujung-ujung jari telapak kaki.” (HR.Bukhari 812, Muslim 1126)

[3] Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah 21/207

[4] HR. Ahmad 8476, Abu Dawud 902, Tirmidzi 286

[5] Realisasi dan aplikasi sunnah ini selayaknya dilakukan sesuai sunnah juga, agar sunnah tidak terkesan arogan tanpa hikmah. Sekiranya dalam shalat berjama’ah posisi merapatkan shaf, maka saat sujud hendaknya sunnah menjauhkan kedua lengan dari lambung disesuaikan keadaan agar tidak mengganggu dan menyakiti orang lain disisi kanan dan kirinya dengan sebab kedua sikunya.